Kategori
Nasehat

Nasehat Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdulloh bin Baz رحمه الله untuk para da’i


سبحان الله_03بسم الله الرحمن الرحيم

Nasehat Samahatusy Syaikh Al Walid Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baz رحمه الله untuk para da’i


Segala puji bagi Alloh Robbul ‘alamin, sholawat serta salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad Al Amin, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti sunnahnya sampai hari qiyamat, amma ba’du:

Sesungguhnya Alloh عز وجل memerintahkan untuk berbuat adil dan ihsan serta melarang berbuat dzolim, aniaya, dan permusuhan, sungguh Alloh telah mengutus nabi-Nya صلى الله عليه وسلم sebagaimana Dia telah mengutus para rosul seluruhnya yaitu berda’wah kepada tauhid, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Alloh saja, dan memerintahkan untuk menegakkan keadilan serta melarang dari lawan itu semua yaitu beribadah kepada selain Allooh, berpecah belah, becerai berai, dan menyerang hak-hak para hamba. Sungguh telah menyebar pada zaman sekarang ini bahwa banyak diantara orang-orang yang menyandarkan dirinya pada ilmu dan da’wah kepada kebaikan, mereka mencela kehormatan saudara-saudara mereka para da’i yang terkenal, mereka mencela kehormatan para penuntut ilmu, para da’i, dan para muhadir. Mereka perbuatan tersebut secara rahasia di majlis-majlis mereka, mungkin juga mereka merekamnya dalam kaset-kaset kemudian menyebar di kalangan manusia. Terkadang mereka melakukannya secara terang-terangan pada saat muhadhoroh-muhadhoroh umum di masjid-masjid. Metode ini menyelisihi apa yang diperintahkan oleh Allooh dan rosul-Nya dari berbagai sisi, diantaranya:

Pertama: Ini adalah melanggar hak-hak manusia dari kalangan kaum muslimin, khususnya manusia dari kalangan para penutut ilmu dan para da’i yaitu orang-orang yang telah mengerahkan kemampuan mereka untuk mengenalkan Islam dan membimbing mereka, memperbaiki aqidah-aqidah dan manhaj-manhaj mereka. Mereka pun telah bersungguh-sungguh untuk menertibkan pelajaran-pelajaran dan muhadhoroh-muhadhoroh, serta menulis buku-buku yang bermanfa’at.

Kedua: Ini adalah pemecah belah persatuan kaum muslimin dan memporak-prandakan barisan mereka, kaum muslimin paling membutuhkan kepada persatuan dan jauh dari bercerai berai, perpecahan, dan qiila wa qoola diantara mereka, khususnya para da’i yang mereka lecehkan tersebut adalah dari kalangan ahlussunnah wal jama’ah yang dikenal memerangi bid’ah dan khurofat, serta berdiri untuk menghadang para penyeru bid’ah dan khurofat tersebut, menyingkap rencana-rencana dan permainan-permainan mereka. Dan kami tidak melihat adanya kemaslahatan dalam perbuatan semacam ini kecuali membantu para musuh yang sedang menanti dari kalangan orang-orang kafir, munafiq, atau para ahlul bid’ah dan kesesatan.

Ketiga: Di dalam perbuatan ini ada saling tolong-menolong dengan orang-orang sekuler, orang-orang yang kebarat-baratan, dan selain mereka dari kalangan orang-orang atheis yang telah masyhur mereka mencela para du’at, berdusta atas nama mereka, mendorong untuk melawan mereka di dalam apa yang mereka tulis dan rekam. Dan bukanlah termasuk hak persaudaraan islamiyah adalah orang-orang yang terburu-buru ini mencela saudara-saudara mereka dari kalangan para penuntut ilmu, para da’i dan lain-lainnya membantu musuh-musuh mereka.

Keempat: Sesungguhnya perbuatan ini merusak hati orang-orang umum dan khusus, menyebarkan serta mempercepat kedustaan-kedustaan dan kabar-kabar batil, penyebab banyaknya ghibah dan namimah, dan pembuka pintu-pintu kejelekan di atas kematian-kematiannya untuk jiwa-jiwa yang lemah yaitu orang-orang yang berjalan di atas siaran syubhat-syubhat dan kobaran fitnah-fitnah. Mereka pun bersemangat untuk menyakiti orang-orang yang beriman dengan apa-apa yang tidak mereka perbuat.

Kelima: Sesungguhnya kebanyakan dari perkataan yang tidak ada hakekatnya itu hanyalah hayalan-hayalan yang dihiasi dan dibagus-baguskan oleh syaithon untuk pelaku-pelakunya, Alloh تعالى berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman jauhilah oleh kalian kebanyakan dari prasangka karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa, janganlah kalian saling memata-matai dan jangan pula sebagian kalian mengghibahi sebagian yang lain”. (Al Hujurot:12)

Seorang mu’min hendaklah membawa perkataan saudara muslim yang lainnya ke arah kemungkinan yang baik, sebagian salaf mengatakan: “Janganlah kamu menyangka satu kalimat yang keluar dari saudaramu adalah jelek sedangkan kamu mendapatkan ada kemungkinan baik untuknya”.

Keenam: Apa yang terdapat dalam ijtihad sebagian ulama dan para penuntut ilmu di dalam perkara-perkara yang diperbolehkan untuk berijtihad maka pelakunya tidak dihukum, tidak ada celaan baginya jika dia adalah ahli dalam ijtihad, jika orang lain menyelisihinya maka yang paling tepat adalah berdiskusi dengan cara yang terbaik bersemangat untuk sampai pada kebenaran dan dengan jalan yang paling dekat, menolak was-was syaithon dan kebenciannya diantara orang-orang yang beriman, jika hal itu tidak mudah dan seseorang berpendapat bahwa harus adanya penjelasan terhadap perselisihan maka hal tersebut dilaksanakan dengan ungkapan yang paling baik dan isyarat yang paling lembut, tanpa serangan atau cercaan atau kata-kata yang melampaui batas yang akan mengundang tertolaknya kebenaran atau berpaling darinya, dan tanpa hinaan pada seseorang atau menuduh niyat-niyat atau menambah perkataan yang tidak ada, sungguh Rosul صلى الله عليه وسلم telah bersabda tentang perkara-perkara seperti ini:

ما بال أقوام قالوا كذا وكذا

Artinya:

“Apa maksud kaum-kaum itu yang mengatakan begini dan begini”.

Maka yang aku nasihatkan kepada ikhwah ini yang telah mencela kehormatan-kehormatan dan mengambilnya dari para da’i adalah agar mereka bertaubat kepada Alloh dari apa yang telah ditulis oleh tangan-tangan mereka, atau yang telah diucapkan oleh lisan-lisan mereka yang merupakan sebab dalam merusak hati-hati sebagian pemuda dan memenuhinya dengan permusuhan-permusuhan, dan menyibukkan mereka dengan qiila wa qoola, berkata tentang fulan dan fulan, dan mencari apa yang mereka anggap sebagai kesalahan-kesalahan orang lain kemudian mengambilnya dan berlebih-lebihan di dalamnya, dari pada menuntut ilmu yang bermanfaat dan dari da’wah kepada Alloh.

Sebagaimana juga aku nasihatkan kepada mereka untuk menghapus apa yang telah mereka lakukan dengan tulisan atau yang lainnya yang dapat membebaskan diri mereka dari perbuatan seperti ini, kemudian menghilangkan apa yang tergantung dalam fikiran orang-orang yang mendengar perkataan mereka ini, dan hendaklah mereka menerima perbuatan-perbuatan yang membuahkan, yang mendekatkan kepada Allooh, dan bermanfaat bagi para hamba serta memperingatkan dari perbuatan tergesa-tergesa dalam memutlaqkan takfir, tafsiq, atau tabdi’ pada selain mereka tanpa keterangan dan petunjuk. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

من قال لأخيه يا كفر فقد باء بها أحدهما

Artinya:

“Barangsiapa berkata pada saudaranya: Wahai kafir! Maka sungguh kembali kepada salah satu dari keduanya”. (Muttafaqun ‘ala sihhatihi)

Yang disyari’atkan bagi para penyeru kebenaran dan para penuntut ilmu jika terjadi kemusykilan pada mereka terhadap perkataan ahlul ilmi atau yang lainnya adalah kembali kepada ulama yang mu’tabar dan bertanya kepada mereka, agar para ulama tersebut menjelaskan kepada mereka kejelasan perkara itu, menegakkan mereka pada hakekatnya, dan menghilangkan kebimbangan dan syubhat yang ada dalam hati-hati mereka, beramal dengan firman Alloh عز وجل dalam surat An Nisaa’:

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا

Artinya:

“Dan jika datang kepada mereka kabar berita rasa aman atau rasa takut maka mereka menyiarkannya, kalaulah mereka kembalikan kabar tersebut kepada Rosul dan kepada ulil amri diantara mereka maka mereka orang-orang yang mencari-cari berita itu akan mengetahuinya, kalaulah bukan karena karunia dan kasih sayang Alloh maka sungguh kalian akan mengikuti syaithon kecuali orang-orang yang sedikit”. (An Nisaa’:83)

Alloh-lah yang mampu memperbaiki keadaan-keadaan kaum muslimin seluruhnya, menyatukan hati-hati mereka dan perbuatan-perbuatan mereka diatas taqwa, dan Dia-lah yang memberikan taufiq seluruh ulama kaum muslimin dan seluruh da’i kepada kebenaran untuk setiap hal yang diridhoi-Nya dan bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya, serta menyatukan kalimat mereka diatas petunjuk dan melindungi mereka dari sebab-sebab perpecahan dan perselisihan, juga menolong kebenaran dengan sebab mereka dan dengan mereka menghancurkan kebatilan, sesungguhnya Dia adalah Penolongnya dan Maha Kuasa atas perkara tersebut.

Sholawat dan salam semoga tercurah pada nabi kita Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya, dan siapa saja yang mengambil petunjuknya sampai hari qiyamat.

Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baz رحمه الله

Ketua Umum Kantor Pembahasan Ilmiyah, Fatwa, Da’wah, dan Bimbingan

Penjelasan ini telah terbit tanggal 17/6/1414 H

Sumber: As Saahah Al Islamiyah 13/02/2004

Diterjemahkan oleh: Ahmad Sobari Asy Syirbuni

Selesai diterjemahkan di Ma’had Al I’tishoom Al Islamy

Kamis, 16 Robii’ul Awwal 1430 H

12 Maret 2009 M

Oleh Al-Getasani

Seorang yang sedang menyusuri liku-liku dunia untuk berbekal di kehidupan yang abadi.

9 replies on “Nasehat Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdulloh bin Baz رحمه الله untuk para da’i”

Alhamdulillah, sungguh nasehat yang sarat ilmu dan sangat bermanfat bagi ana.
Jazaakallahu khayran
zadanallah ‘ilman wa hirshan

Tinggalkan Balasan ke Novy R Batalkan balasan